Menghafal di Usia Senja

Rumah Tahfidz sebagai sebuah pergerakan tentu tak membatasi siapa pun yang mau menghafal Al Qur’an. Semuanya bisa menghafal tanpa batas usia. Biarlah usia hanya sekedar angka. Semua harus terus belajar, mengamalkan, dan menghafalkan Al Qur’an sampai hembusan nafas terakhir. Seperti yang terjadi di Rumah Tahfidz Masjid Raya Lantai Batu di Batusangkar, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat.
Dimulai sejak bulan agustus tahun 2013, Rumah Tahfidz Batusangkar santrinya adalah kaum hawa usia senja. Tidak seperti Rumah Tahfidz pada umumnya yang lebih menyasar anak-anak sebagai santrinya, Rumah Tahfidz Batusangkar lebih memilih ibu-ibu dan nenek-nenek sebagai santri utama. Awalnya santri perempuan usia senja hanya sedikit jumlahnya. Tak lebih dari 4 santri saja.
Ustadz Yoherman, pengasuh Rumah Tahfidz Batusangkar mengisahkan, “Alhamdulillah karena niat kita Lillahitaala, hanya karena Allah, berapapun jumlah santri akan kami bimbing”, ceritanya mengisahkan awal pergerakan Rumah Tahfidz Batusangkar.
Seiring waktu jumlah santri bertambah secara bertahap menjadi 7 santri, kemudian 9 santri, dan sekarang menjadi 30 santri. Karena “belajar menghafal” dan “belajar membaca” Al Qur’an sedikit berbeda, maka jumlah yang 30 santri ini perlahan-lahan berkurang. Dan pada akhirnya yang istiqomah menghafal Al Qur’an hanya 15 santri. Alhamdulillah, yang 15 santri ini tetap istiqomah mengikuti kegiatan di Rumah Tahfidz.
Kegiatan Rumah Tahfidz Batusangkar rutin setiap hari selasa bada sholat dzuhur sampai sore menjelang maghrib. Santri yang terdiri dari ibu-ibu dan nenek-nenek ini usianya beragam. Rata-rata ada yang 60-an tahun, 70-an tahun, yang tertua ada yang usia 79 tahun. “Meski pada usia senja, ibu-ibu dan nenek-nenek semangatnya sangat luar biasa, patut diacungi jempol”, tutur Ustadz Yoherman memberikan apresiasi.
Luar biasanya, di usia senjanya itu, masih bisa meluangkan waktu untuk belajar Al Qur’an. “Meluangkan waktu” berbeda sekali dengan “mencari waktu luang”. Ditengah kesibukan duniawi ini, kalau mencari waktu luang, rasa-rasanya tidak akan pernah ketemu. Tapi kalau sungguh-sungguh berniat meluangkan waktu untuk Al Qur’an, InsyaAllah bagaimapun jalannya pasti akan ketemu. Kita akan punya waktu untuk belajar dan menghafalkan Al Qur’an.
“Luangkan waktumu setiap hari untuk Al Qur’an meski hanya beberapa menit, namun yang terpenting kita bisa istiqomah setiap harinya”, Ustadz Yoherman memberikan nasihatnya.
Para santri di Rumah Tahfidz Batusangkar bisa istiqomah salah satunya karena Ustadz pembimbing selalu memberikan motivasi ke seluruh santri. Beliau menyampaikan bahwasanya hidup di dunia ini hanya untuk waktu yang sementara. Nah, bekal apa nanti yang akan kita bawa menghadap Allah?
“Bawalah bekal menuju akhirat, dan sebaik-baik bekal adalah takwa!” pesan Ustadz Yoherman kepada seluruh santri. Kemudian beliau melanjutkan, “Dan kunci ketakwaan adalah selalu berinteraksi dengan Al Qur’an”, tuturnya mantap.
Walaupun berusia lanjut, santri ibu-ibu dan nenek-nenek ini sudah mempunyai hafalan Al Qur’an dari 1 juz sampai 6 juz. Dan sampai sekarang masih istiqomah berkeinginan untuk selalu menghafal sampai khatam 30 juz. Harapannya ibu-ibu dan nenek-nenek ini menjadi motivasi bagi kaum muslimin-muslimat dan khususnya bagi yang muda agar tidak kalah semangat untuk terus berinteraksi belajar Al Qur’an.
Hebatnya lagi, nenek-nenek santri Rumah Tahfidz Batusangkar ini berusaha mematahkan pepatah yang mengatakan menghafal Al Qur’an (belajar) diwaktu tua bagai menulis di atas air. Terbukti bagi santri usia senja ini, pepatah itu tidak berlaku. Alhamdulillah buktinya banyak nenek-nenek yang telah hafal Al Qur’an. Bahkan bisa berkali-kali mengkhatamkan Al Qur’an dan menghafalkannya.