Nenek Yusmaniar, Semangat Menghafal di Usia Senja

Nenek Yusmaniar, Semangat Menghafal di Usia Senja

Nenek Yusmaniar (76), meski usia tak lagi muda, kulit keriput dan badan sakit-sakit menjadi pakaiannya, tak menyurutkan semangat menjadi santri Rumah Tahfidz Masjid Raya Lantai Batu, Batusangkar, Sumatera Barat. Awalnya mau menghafal Al Qur’an karena motivasi dan bimbingan dari seorang Ustadz saat beliau masih tinggal di Padang Panjang. Sang Ustadz menyampaikan, agar para lansia tetap mau menghafal Al Qur’an.

Saat itu usia Nenek Yusmaniar 71 tahun. Semenjak itulah beliau memantapkan diri menjadi santri tahfidz dan memulai petualangan menghafalkan Al Qur’an. Kala itu nenek Yusmaniar tak sendirian. Ada beberapa rekan yang juga sudah menginjak usia senja ikut memantapkan diri hendak menghafal Al Qur’an. Hingga mereka tak henti-henti mengucap syukur, meski usia sudah senja tetap dipilih Allah SWT dan diberi kesempatan untuk belajar dan menghafalkan Al Qur’an.

Saat masih tahap awal memulai menghafal di Padang Panjang, niat kuat Nenek Yusmaniar itu langsung diuji. Karena suatu keadaan, Nenek Yusmaniar harus berpindah tempat tinggal dari kampungnya di Padang Panjang menuju Batusangkar. Akhirnya kegiatan setoran hafalan sempat terhenti, karena tidak ada lagi guru yang membimbing.

Namun, niat yang kuat tak akan surut oleh tantangan apapun. Di Batusangkar Nenek Yusmaniar bertahap mencari informasi bimbingan menghafal Al Qur’an. Hingga akhirnya Nenek Yusmaniar menemukan tempat yang bisa membimbing menjadi seorang hafidzoh. Lokasinya di Rumah Tahfidz Masjid Raya Lantai Batu yang dibimbing oleh Ustadz Iwan.

Langsung saja Nenek Yusmaniar mengikuti dan mulai menghafal dari juz 1. Selama bimbingan 2 bulan, Nenek bisa menuntaskan hafalan 1 juz. Kemudian dilanjutkan menghafal juz berikutnya. Alhamdulillah sekarang Nenek sudah bisa menghafal 5 juz. Termasuk yang sudah dihafal juga adalah juz 30. “Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada Ustadz yang telah membimbing”, tutur Nenek Yusmaniar lirih mengucap syukur.

Pada bulan April tahun 2018, ada perlombaan hafidz dan hafidzoh dari Pemda Tanah Datar. Ada tingkat SD, tingkat SMP, tingkat SMA, dan tingkat umum. Nenek Yusmaniar mengikuti perlombaan di kategori tingkat umum. Awalnya Nenek tidak percaya diri untuk mengikuti perlombaan tersebut, tapi Ustadz terus mendorong agar Nenek bersedia mengikuti. “Yang penting masuk ikut lomba dulu ya Nenek, kita tidak mengejar hadiah atau kemenangan, tapi niat menampilkan apa yang selama ini sudah kita pelajari bersama”, tutur sang ustadz kala itu.

Jadi, niatnya bukan untuk menang, tapi untuk dakwah dan syiar Al Qur’an. Alhamdulillah akhirnya Nenek Yusmaniar ikut. Memang motivasi utama Nenek Yusmaniar dalam menghafal Al Qur’an ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk memahami Al Qur’an, bukan untuk mengejar penghargaan-penghargaan.

Perlombaan kala itu pesertanya ada 300 lebih untuk tingkat umum. Dari 300-an peserta itu, hanya diluluskan 40 peserta. Kemudian dari 40 peserta tersebut mendapatkan sertifikat dari Pemda. “Nah, tidak disangka kemudian saya ditelpon dari pihak Pemda bahwa saya mendapatkan reward umroh”, cerita Nenek Yusmaniar sambil menangis bahagia, tidak menyangka mendapat hadiah umroh.

Semua terasa seperti yang selama ini diharapkan nenek. Ketika keluar negeri hanyalah ingin beribadah di tanah suci. Beribadah di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi. Kemudian berdoa, memohon ampun di tempat-tempat mustajab. Itulah keinginanan nenek, dan Alhamdulillah Allah kabulkan. “Alhamdulillah Ya Allah, Alhamdulillah Ya Allah...”, tak henti-hentinya nenek bersyukur sambil menangis haru.

Nenek Yusmaniar selalu bersyukur kepada Allah SWT dan berterimakasih kepada Ustadz yang telah membimbing. Kini nenek Yusmaniar berniat istiqomah menghafal Al Qur’an sampai ajal menjemput. Dan juga berniat akan menyampaikan kepada anak-anaknya, kepada cucu-cucunya, dan semua keturunannya agar mengikuti langkah ini dalam menghafalkan Al Qur’an.

Nikmat yang paling dirasakan dengan menghafal Al Qur’an ini, ungkap Nenek Yusmaniar, pertama, hati menjadi sangat lapang karena didalamnya ada ayat-ayat Al Qur’an. Setiap yang hidup pasti punya masalah, semua masalah akan bisa dihadapi ketika hati lapang dan sabar. Yang kedua, adalah banyak kemudahan-kemudahan yang nenek peroleh dalam setiap perjalanan, dalam setiap rezeki. “Dan yang tak kalah penting sampai saat ini saya dalam keadaan sehat”, tutur Nenek Yusmaniar.

Itulah yang dirasakan nenek, betapa nikmatnya menghafal Al Qur’an. Yang tak kalah penting lagi, adalah nikmat beribadah. Nikmat membaca Al Qur’an dan memahaminya, nikmat bangun malam bermesra-mesra dengan Allah, memohon kepada Allah, curhat kepada Allah. “Alhamdulillah atas nikmat ini semua saya sangat bersukur kepada Allah”, tutup Nenek Yusmaniar.