Cita-cita Urwah, Penggembala Kambing Asal Kuwait

“Pengembala kambing. Aku tidak menyesal bekerja sebagai pengembala kambing lagi di negeri lain. Meskipun di negaraku juga bisa mengembala kambing, tapi seperti yang aku katakan, cita-citaku ke Arab Saudi adalah menunaikan ibadah haji dan menghafal Al-Qur`an hingga 30 juz.”
Ungkapan Urwah, penggembala kambing asal kuwait, itu tertuang dalam kitab Auladuna, Kaifa Yahfazhunal Qur`an karya Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri. Kalimat ini pula, yang akan mengawali secarik kisah perjalanannya di tanah Arab Saudi. Perjalanan Urwah menunaikan ibadah haji dan menghafal Al-Qur'an.
Debu-debu beterbangan dari bekas pijakan kaki kambing yang sedang berjalan perlahan. Menjadi penggembala kambing di tanah gurun, tentu bukan perkara yang mudah. Yang mana seseorang bisa mengembalakan kambingnya dengan mudah. Butuh perjuangan yang hebat untuk menggiring kambing-kambing ke dataran rerumputan.
Gerombolon kambing itu tepat berada di depan Urwah. Ia mengerahkan seluruh gembalaannya dengan duduk di atas kuda tunggangan. Sembari duduk diatas hewan berkaki empat itu, Urwah berdoa seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT,
“Maha suci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya ”(QS. Az-Zukhruf: 13)
Dari kejauhan, sebuah kemah mulai terlihat. Tidak lain itu adalah camp penggembala kambing lain yang juga bekerja dengan majikannya. Beberapa orang terlihat melepas lelah, istirahat.
Sesampainya di sana, ia memperkenalkan diri kepada teman satu profesinya. Lantas Urwah lekas mengambil air wudhu untuk mengumandangkan adzan dan sholat Dzuhur. Gema suara adzan terdengar di sekelilingnya. Hingga kambing-kambing itu merapat di sekitar Urwah, ia mulai mengerjakan sholat. Lalu, melanjutkan perjalanan usai sholat berjamaah.
Sepanjang perjalanan itu, Urwah teringat akan keluarga dan kampung halaman. Utamanya, ia teringat dengan ucapan ayahnya agar pengegembala ini menyelesaikan seluruh hafalannya.
“Ini adalah kesempatan yang tak tergantikan, seperti harta ‘rampasan perang’ yang didapat tanpa susah payah. Karena aku tidak mempunyai kesibukan, sehingga menghalangi untuk melaksanakan pesan ayahku,” gumam Urwah.
Dalam perjalanan pulang menggembala kambing, Urwah telah mengambil keputusan untuk mulai menghafal Al-Qur’an di tanah Arab. Ia bersyukur atas pekerjaannya yang jauh dari kebisingan. Walaupun kehidupan di sini sulit dan keras, tetapi ia merasa senang karena tidak ada waktu untuk menggunjing, mengadu domba, dan memfitnah orang lain.
“Suasana pekerjaanku sangat kondusif dan jauh dari semua hal-hal yang tidak berguna,”imbuh Urwah.
Hari demi hari berlalu dan tibalah musim haji. Majikan Urwah yang baik hati mengizinkannya pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Singkat cerita, penggembala ini usai melaksanakan ibadah haji dan kembali ke tempat majikannya, di Timur Arab.
“Aku sudah berterus terang pada majikan, bahwa tujuan utamaku ke Arab Saudi selain untuk bekerja adalah melaksanakan ibadah haji,”ungkap Urwah.
Namun, majikannya menanggapi ucapan itu dengan senyuman seraya berkata, “Bersabarlah sebentar, tinggallah beberapa bulan lagi di sini.”
Dengan sungguh-sungguh, Urwah membulatkan tekad untuk selalu bersabar, berusaha, dan berdo’a kepada Allah SWT untuk menghafal Al-Qur’an. Sampai akhirnya, ia bisa menyelesaikan seluruh hafalannya dalam sepuluh bulan. []
Sumber: Hidayatullah