Di Balik Cerita Hujan

Di Balik Cerita Hujan

Oleh: Tia Apriati Wahyuni

Masih di cerita turunnya hujan. Rintik air yang turun ini tidak hanya mampu menghadirkan kenangan lama, namun juga menyimpan banyak pesan bagi mereka yang tinggal di bawah langit mendung. Sesekali mari melihat bagaimana hujan berbicara dengan kedatangannya.

Setiap tetes air yang menyerap ke dalam tanah, akan menjadi pelepas dahaga bagi akar-akar pepohonan yang sudah lama tidak mendapat serapan air. Manusia yang selalu berteduh di bawahnya, sering kali lupa untuk memberikan setetes air di musim kemarau. Jika daun-daun mulai berubah warna, kuning, dan terancam tidak ada lagi tempat berteduh, barulah ia akan diperhatikan. Padahal, berbulan-bulan lamanya musim kemarau terjadi. Namun, saat kerugian akan dirasakan manusia, barulah ia akan dilirik.

Kini, hujan turun. Rahmat yang ditunggu telah datang. Seolah menjawab panggilan doa yang memanggilnya. Deras. Hingga jutaan titiknya menenggelamnkan tempat yang ia datangi. Dulu, tempat ini kering, sampai debu-debu berterbangan. Kini, berkubik-kubik air menggenang jalan dan pemukiman. Seolah pasokan air melampaui kapasitas dan tidak ada tempat untuk menyerap dan menyimpan cadangan air.

Bencana. Hujan berubah menjadi petaka. Bagaimana bisa hujan menenggelamkan seisi daratan? Tetesan air yang tiada henti, mampu merendam kesombongan manusia. Rumah, harta benda, dan kendaraan mewah pun habis ditelan banjir. Lumpur-lumpur masuk dan mengendap. Menyobek kata “mewah” menjadi “rongsok”.

Belum lagi si miskin yang ketar-ketir dengan gubuk reotnya. Tinggal di pinggir kali, kumuh, sempit, dan kini genangan air masuk merendam rumah yang lebih mirip dengan bedeng. Lengkap sudah. Bencana itu semakin membuat suasana menjadi lembap. Mengundang derita baru bagi si miskin.

Ternyata, hujan turun tidak melulu memberi kabar gembira bagi tanah yang tandus atau pepohonan yang haus, tapi juga memberi peringatan atas perbuatan manusia yang melampaui batas. Satu dua yang melakukan pelanggaran, banyak kepala yang merasakan akibatnya. Tidak hanya usia bumi yang semakin tua, sikap serakah manusia pun semakin membuat alam memberi isyarat atas kerusakan yang terjadi. Rintik air pun menjadi salah satu isyarat alam yang berbicara ketika musim hujan datang. Ini hanya salah satu cerita di balik turunnya hujan.

 

Foto: Unsplash