Bedeng Pondok

Bedeng Pondok

Griyo niki saget kuat amargi wonten panjenengan sedanten. Rumah ini masih tetap tegak berdiri kerena keberadaan kalian semua.” Pungkas Naily Mazaya Zulfa (24) saat menutup acara khataman Al-Qur’an bersama puluhan santrinya di Gang Ketileng, Sindeng Mulyo, Semarang.Kalimat terakhir itu bisa mewakili kondisi lubang plafon koyak di beberapa sudut ruangan dan perabot klasik di setiap bilik pondok.

Rentanya usia bangunan, tidak membuat Naily segan untuk menyediakan hunian bagi 60 santri mukim di tempat tinggalnya. Papan hijau berukuran 60 x 150 cm bertuliskan “Pondok Pesantren Tahfidzh Al-Mabrur” tertancap di halaman depan rumah. Tulisan itu, cukup mewakili besarnya cita-cita wanita asal Semarang ini guna membangun generasi Qur’ani.

Sesak, lembab, serta kilauan lantai becek, menjadi pemandangan sehari-hari di dalam Rumah Tahfidz berbasis pondok mini itu. Bukan jorok, tapi hadirnya belasan santri mukim sekolah dasar membuat kebersihan keramik tidak bertahan lama. Ditambah letak keran wudhu dan kamar mandi tua yang tidak jauh dari posisi ruang tidur. Baju-baju santri bergelantung di langit-langit ruangan pun turut meramaikan suasana hunian ini, layaknya sebuah toko baju di lorong pasar.

“Ada bantuan berapapun, langsung saya pakai buat pondok mbak,” tutur Ustadzah Inayah (47), Ibunda Naily, sembari duduk dan menempelkan tulang belakangnya pada tiang kayu pondok. Kini, raut wajahnya tertuju pada salah satu bilik tidur santri sekolah dasar yang terletak beberapa meter di belakang bangunan utama pondok. Persisnya di atas aula pondok, lantai dua.

Sebuah ruangan asbes berdiri di atas ketinggian 3,5 meter. Bunyi “Kreeek, krek” bisa terdengar kala telapak kaki menempel di atas lantai tripleks setebal 2-3 cm. Satu-dua papan berlapis tiga itu mulai terlihat mengelupas dari balok kayu sebagai dasar penyokong alas. Tidak ketinggalan, udara panas pun semakain terasa saat sengatan matahari menyentuh dinding asbes. Hingga semburan air menyusul masuk di sela-sela atap bocor ketika hujan turun. Seperti bedeng di dalam pondok.

 

(Ditulis oleh Tia, santri Kader Tahfidz Angkatan-2)